Mindset
Entrepreneurship
BAB I
PENDAHULUAN
Status mahasiswa bukanlah penghalang untuk memperoleh
kemapanan finansial setara pegawai atau staf perusahaan. Justru di tengah
krisis global dan ketidakpastian lapangan kerja yang ditawarkan saat ini,
mahasiswa dituntut untuk lebih siap menghadapi berbagai resiko di lapangan
bahkan yang terburuk menjadi pengangguran.
Namun sayangnya, hanya sebagian kecil mahasiswa yang mau
merealisasikan mimpi dan membuka peluang bisnisnya sendiri. Tidak heran, hal
ini terjadi karena kebanyakan mahasiswa terbiasa menggantungkan urusan
finansial kepada orangtuanya.
Meski akan menyita waktu dan memerlukan perjuangan yang
lebih, bekerja saat kuliah akan memberikan banyak manfaat. Selain menambah
penghasilan, mahasiswa juga mendapatkan pengalaman yang berharga, memperluas
pergaulan, dan menumbuhkan rasa kemandirian.
Telah disinggung diatas bahwa terdapat kalangan mahasiswa
yang mampu membuka peluang usaha/bisnis. Usaha disini tidak secara sempit
diartikan sebagai pengelolaan bisnis dengan modal besar. Bisnis bisa dirintis
dengan cara yang paling simpel, mulai dari menjadi reseller kue, penerjemah,
membuka tempat les, bahkan memasarkan produk MLM. Poin utamanya adalah
mahasiswa mau berusaha dan meluangkan waktu lebih untuk suatu pekerjaan. Maka,
salah satu jenis pekerjaan yang banyak dipilih mahasiswa adalah menjadi
entrepreneur.
Ketika mendengar kata Entrepreneur, umumnya orang akan
berpikir tentang pengusaha, bisnis, uang, dsb. Padahal pada dasarnya, entrepreneurship
tidak selalu berhubungan dengan uang. Entrepreneurship adalah sebuah mindset
atau pola pikir yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang agar dapat menjadi seorang
etrepreneur.
Seorang entrepreneur selalu dianjurkan untuk memiliki
pola pikir yang diluar kebiasaan orang pada umumnya. Entrepreneur akan lebih
sering menggunakan otak kanan untuk menghasilkan kreativitas-kreativitas baru,
selalu memotivasi diri, dan tersenyum dalam segala situasi. Entrepreneur akan
melihat masalah sebagai suatu tantangan. Kegagalan yang bukanlah akhir dari
segalanya, malah menjadi pembelajaran dan pemicu semangat.
Di luar konteks usaha dan sekedar mencari keuntungan, seorang
entrepreneur juga akan selalu berusaha untuk menjalin silaturahmi dengan semua
orang, memperkaya ilmu dengan lebih banyak mengamati dan mendengarkan, serta
peka terhadap peluang. Entrepreneur akan melihat segala sesuatu dari segi
positif, mengubah kata tidak bisa menjadi bisa, sulit menjadi mudah, mustahil
menjadi mungkin.
Itulah sebagian ciri pola pikir yang dimiliki oleh
seorang Entrepreneur, atau yang lebih kita kenal sebagai Entrepreneurship. Selanjutnya,
makalah ini akan mengupas lebih dalam tentang mindset entrepreneurship.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Definisi Enterpreneur dan Enterpreneurship
Entrepreneur berasal dari bahasa Perancis dan pertama kali diperkenalkan
pada awal abad ke-18 oleh ekonom Perancis, Richard Cantillon.Menurutnya,
entrepreneur adalah “agent who buys means
of production at certain prices in order to combine them”.
Sementara entrepreneurship bahasa
inggris sendiri didefinisikan sebagaithe
art or science of innovation and risk-taking for profit in business, atau
dapat diartikan sebagai suatu seni atau ilmu tentang inovasi dan pengambilan
keputusan untuk meraih keuntungan dalam bisnis.
Lloyd E. Shefsky, dalam bukunya yang berjudul "Entrepreneurs are Made Not Born", mendefinisikan bahwa
wiraswasta terdiri dari tiga suku kata, yaitu: entre, pre, dan neur. Menurut
akar Bahasa Latinnya, entre berarti masuk, pre berarti sebelum, dan neur
berarti pusat syaraf. Jadi, wiraswasta didefinisikan sebagai seseorang yang
memasuki dunia bisnis —bisnis apa saja—tepat pada waktunya untuk membentuk atau
mengubah pusat syaraf (nerve center)
bisnis tersebut secara substansial.
Dalam bahasa indonesia terdapat dua terjemahan untuk kata entrepreneur,
yaitu wiraswastadanwirausaha. Wiraswasta atau wirausaha berasal dari bahasa
sanskerta yaitu; wira: utama, gagah berani, luhur; swa: sendiri; sta: berdiri;
usaha: kegiatan produktif. Dari asal kata tersebut, wiraswasta pada mulanya
ditujukan pada orang-orang yang dapat berdiri sendiri.
Di Indonesia kata wiraswasta sering diartikan sebagai orang-orang yang
tidak bekerja pada sektor pemerintah yaitu; para pedagang, pengusaha, dan
orang-orang yang bekerja di perusahaan swasta, sedangkan wirausahawan adalah
orang-orang yang mempunyai usaha sendiri.
Lantas, usaha merupakan semua aktivitas yang mencari keuntungan dengan
mengusahakan kebutuhan barang dan jasa kepada orang lain (Nickles, McHugh, dan
McHugh, 1996).
Definisi-definisi lain dari para ahli tentang kewirausahaan adalah menurut Hisrich,
Peters, dan Sheperd (2008): “Kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu
yang baru pada nilai menggunakan waktu dan upaya yang diperlukan, menanggung
risiko keuangan, fisik, serta risiko sosial yang mengiringi, menerima imbalan
moneter yang dihasilkan, sertra kepuasan dan kebebasan pribadi”.
Serta Nasrullah Yusuf (2006): “Wirausaha usaha merupakan pengambilan risiko
untuk menjalankan usaha sendiri dengan memanfaatkan peluang-peluang untuk
menciptakan usaha baru atau dengan pendekatan yang inovatif sehingga usaha yang
dikelola berkembang menjadi besar dan mandiri dalam menghadapi tantangan-
tantangan persaingan.”
Menurut Dan Steinhoff dan John F. Burgess (1993:35) wirausaha adalah orang
yang mengorganisir, mengelola dan berani menanggung resiko untuk menciptakan
usaha baru dan peluang berusaha. Secara esensi pengertian entrepreneurship
adalah suatu sikap mental, pandangan, wawasan serta pola pikir dan pola tindak
seseorang terhadap tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya dan selalu
berorientasi kepada pelanggan. Atau dapat juga diartikan sebagai semua tindakan
dari seseorang yang mampu memberi nilaiterhadap tugas dan
tanggungjawabnya. Adapun kewirausahaan
merupakan sikap mental dan sifat jiwa yang selalu aktif dalam berusaha untuk
memajukan karya baktinya dalam rangka
upaya meningkatkan pendapatan di
dalam kegiatan usahanya. Selain itu, kewirausahan adalah kemampuan kreatif dan
inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang
menuju sukses.
Inti dari kewirausahaan
adalah kemampuan untuk
menciptakan seuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melaui
berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang dalam
menghadapi tantangan hidup. Pada
hakekatnya, kewirausahaan adalah sifat, ciri, dan watak seseorang yang
memiliki kemauan dalam mewujudkan
gagasan inovatif kedalam dunia
nyata secara kreatif.
Wirausahawan adalah sosok independen, orang yang mampu berdiri sendiri dan berani
membuka kegiatan produktif. Ia tidaklah bergantung pada suatu perusahaan maupun
pemerintah, melainkan membangun perusahaannya sendiri.
Seseorang yang memiliki usaha sendiri tidak menggantungkan penghasilan dan
kehidupannya kepada orang lain, dari sanalah ia bisa dikatakan mandiri secara
finansial. Namun, meski mereka mandiri bukan berarti seorang wirausaha
serta-merta mengandalkan dirinya sendiri dalam mengembangkan usahanya. Hal itu
disebabkan seorang wirausaha perlu membuka jaringan (networking) dengan orang-orang disekitarnya. Ia perlu berinteraksi
dan bersosialisasi dengan banyak orang untuk untuk menjaring pasar dan
konsumen. Dengan kata lain, ia menambah relasi/rekanan agar bisnisnya cepat
berkembang. Tidak hanya sebagai wadah pemasaran produk, memiliki kenalan yang
luas juga akan mempermudah wirausaha untuk mencari tambahan modal, serta lebih
cepat mendapatkan informasi terbaru yang bisa digunakan untuk inovasi
produknya. Di sisi lain, ketika usahanya bertambah besar, ia tentunya
membutuhkan tenaga kerja untuk membantu memenuhi permintaan atas produknya.
Dengan kata lain, kemandirian yang dimiliki pengusaha adalah kemandirian atas
kepemilikan, pengambilan keputusan dan penghasilan. Dimana atas kemandirian
tersebut ia juga akan dibebani dengan tanggung jawab terutama atas keputusan
bisnis yang diambilnya. Hal ini tidak lain karena dunia bisnis adalah dunia
yang penuh resiko, seringkali besar kecilnya resiko berbanding lurus dengan
harapan keuntungan yang diperoleh. Dalam mengambil keputusan wirausaha harus
mempertimbangkan banyak aspek, karena tidak hanya dia dan keuangannya yang
dipertaruhkan melainkan juga orang-orang yang bekerja padanya.
Seperti yang diutarakan Kao (1989), secara umum posisi wirausahawan adalah
menempatkan dirinya terhadap risiko atas guncangan-guncangan dari perusahaan
yang dibangunnya (venture). Wirausahawan memiliki risiko atas finansialnya
sendiri atau finansial orang lain yang dipercayakan kepadanya dalam memulai
suatu. Ia juga berisiko atas keteledoran dan kegagalan usahanya.
B.
Konsep Kewirausahaan
Sedangkan menurut Josep Schumpeter, Konsep wirausaha secara lengkap
dikemukakan sebagai orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan
memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru
atau mengolah bahan baku baru. Orang tersebut melakukan kegiatannya melalui
organisasi bisnis yang baru atau pun yang telah ada.
1.
Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam
perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat,
kiat, proses, dan hasil bisnis (Acmad Sanusi, 1994).
2.
Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda
(ability to create the new and different) (Drucker, 1959).
3.
Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas
dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki
kehidupan (Zimmerer. 1996).
4.
Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk
memulai suatu usaha (start-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth)
(Soeharto Prawiro, 1997).
5.
Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan
sesuatu yang baru (creative), dan sesuatu yang berbeda (inovative) yang
bermanfaat memberi nilai lebih.
Kewirausahaan adalah
usaha menciptakan nilai
tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melaui cara-cara
baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut
dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru, menemukan
pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang
baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan
menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.
Berdasarkan keenam konsep diatas, secara ringkas kewirausahaan dapat didefinisikan
sebagai sesuatu kemampuan
kreatif dan inovatif (create new
and different) yang
dijadikan kiat, dasar,
sumber daya, proses dan
perjuangan untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi
risiko. Dari segi karakteristik
perilaku, Wirausaha
(entepreneur) adalah mereka yang
mendirikan, mengelola, mengembangkan, dan melembagakan perusahaan miliknya
sendiri. Wirausaha adalah mereka yang bisa menciptakan kerja bagi orang
lain dengan berswadaya. Definisi ini mengandung asumsi bahwa setiap orang yang
mempunyai kemampuan normal, bisa menjadi wirausaha asal mau dan mempunyai kesempatan untuk belajar dan berusaha.
C.
Unsur Kewirausahaan
Berwirausaha melibatkan dua unsur pokok (1) peluang dan, (2) kemampuan
menanggapi peluang. Berdasarkan hal tersebut, maka definisi kewirausahaan
adalah tanggapan terhadap peluang usaha
yang terungkap dalam seperangkat tindakan serta membuahkan hasil berupa
organisasi usaha yang melembaga, produktif dan inovatif.” (Pekerti, 1997).
Menurut David (1996) karakteristik yang dimiliki oleh seorang wirausaha
memenuhi syarat- syarat keunggulan bersaing bagi suatu perusahaan/organisasi,
seperti inovatif, kreatif, adaptif, dinamik, kemampuan berintegrasi, kemampuan
mengambil risiko atas keputusan yang dibuat, integritas,
daya-juang, dan kode etik niscaya mewujudkan efektivitas perusahaan/organisasi.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Mindset Entrepreneur
Dalam memulai usaha dibutuhkan dua faktor penting, yang pertama skill dan
yang kedua adalah mindset entrepreneur. Dari faktor itulah, mengapa adanya
mindset entrepreneur sangatlah penting dalam menjalankan bisnis. Sebab dengan
mindset entrepreneur, seseorang akan termotivasi untuk selalu produktif dan
melakukan inovasi-inovasi baru untuk menciptakan peluang usaha yang
menguntungkan.
Mindset is A fixed mental
attitude or disposition that predetermines a person’s responses to and
interpretations of situations.
Jika definisi tersebut
dikaitkan dengan bidang bisnis, maka
tingkah laku atau karakter mental yang dimaksud adalah bagaimana respons dan interpretasinya terhadap ide dan
kegiatan wiraswasta yang penuh spekulasi dan melibatkan resiko untung-rugi.
Definisi Mindset Enterpreneuradalah kerangka berpikir seseorang yang
beorientasikan entrepreneurial, lebih memilih untuk menjalani ketidakpastian
daripada menghindarinya, melihat segala sesuatu lebih sederhana daripada orang
lain, dan mau belajar yangberresiko (McGrath & MacMillan, 2000: 2).
Atau dalam sumber lain, entrepreneurship
is a particular type of mindset, a unique way of looking at the world….At the
heart of entrepreneurship lies the desire to achieve, the passion to create,
the yearning for freedom, the drive for independence, and the embodiment of
entrepreneurial visions and dreams through tireless hard work, calculated
risk-taking, continuous innovation, and undying perseverance (Ma & Tan,
2006).
Mindset atau cara berpikir yang dibutuhkan seorang wirausaha sangat
bervariasi dan berbeda pendapat oleh sebagian ahli. Namun penyusun melihat
perbedaan ini bukan diartikan salah satu pendapat salah, hanya saja tergantung
masing-masing individu ia lebih nyaman dan cocok menggunakan mindset seperti
apa. Karena inti dari segala mindset seorang pengusaha berakar dari kegigihan,
ketekunan, dan pantang menyerah.
Tujuh mindset wirausaha menurut
McGraith & Mac Millan, yaitu:
1.
Action Oriented. Wirausaha bukanlah seorang yang hanya bergelut dengan
pikiran, merenung atau menguji hipotesis, suka menunda-nunda,
wait and see, atau membiarkan sesuatu
(kesempatan) berlalu begitu saja. Prinsip
yang mereka anut adalah see and do.
Bagi mereka, risiko bukanlah untuk dihindari, melainkan untuk dihadapi dan
ditaklukkan.
2.
Fokus pada eksekusi. “Manusia dengan entrepreneurial
mindset mengeksekusi, yaitu melakukan tindakan dan merealisasikan apa yang
dipikirkan daripada menganalisis ide-ide baru sampai mati” (McGraith dan Mac
Millan, 2000, hlm.3).
3.
Berpikir simpel. Merka bukanlah manusia yang ribet.
Mereka melihat persoalan dengan jernih dan menyelesaikan masalah satu demi satu
secara bertahap.
4.
Senantiasaberkreasi, mencari alternatif dan peluang baru. Karena bagi mereka meraih keuntungan dengan menjaring
pembeli tidak hanya dapat dilakukan
dengan menjalani bisnis baru atau menjual produk berbeda, melainkan juga dapat dilakukan dengan
mengembangkan cara-cara penjualan yang
inovatif. Mereka selalu mau belajar hal baru,open-minded dan terbuka
terhadap cara-cara baru.
5.
Memiliki integritas dalam mengejar peluang bisnis.
Wirausahaan memerlukan pola pikir dimana peluang bukan hanya dicari, melainkan
diciptakan dan dibuka. Karena wirausaha merupakan tempat investasi dan penuh
resiko, maka seorang wirausaha harus memiliki integritas dan disiplin yang
tinggi terhadap apa yang sedang ia kerjakan. Wirausahawan yang sukses bukanlah
pemalas atau penunda pekerjaan. Mereka ingin pekerjaannya lekas beres dan apa
yang dipikirkan dapat dijalankan segera. Waktu amatlah berharga bagi mereka
karena apa yang menjadi peluang pada suatu waktu, belum tentu masih menjadi
peluang di lain waktu. Sekali kesempatan itu hilang, belum tentu akan kembali
lagi.
6.
Mengambil peluang yang terbaik, paling potensial dan
menjanjikan. Apakah bisnis tersebut dinilai mampu memberikan keuntungan yang
besar dan dapat dikembangkan sesuai dengan keinginan pasar ke depan. Mereka sangat adaptif sehingga mampu melakukan perubahan arah
mengikuti peluang paling potensial dan terus
mencari cara terbaik untuk mewujudkannya.
7.
Pandai bersosialisasi dan membangun jaringan.Ia cenderung
melibatkan kemampuan orang lain dalam mewujudkan
peluang, baik dari dalam maupun dari luar organisasi. Mereka menciptakan dan
menjaga relasi hubungan dengan partner daripada bekerja sendirian. Mereka
memanfaatkan kemampuan dan intelektual orang lain untuk mencapai tujuan
bersama. Untuk itu, dia harus memiliki kemampuan mengumpulkan orang, membangun
jaringan, memimpin, menyatukan gerak, memotivasi, dan berkomunikasi.
Sementara menurut, Dr.Beni Bevly, seorang
bussiness dan leadership expert dalam
sebuah artikel beliau di www.batampos.co.id. Ia memberikan beberapa ciri mindset wirausahawan sebagai berikut:
1.
Meyakini
keuntungan dan kekayaan adalah suatu berkat. Dengan keuntungan dan kekayaan,
seorang pebisnis bukan hanya bisa memenuhi kebutuhannya sendiri dan menjadi
mandiri, tetapi ia akan bisa membantu orang atau pihak lain.Seperti dengan menciptakan lapangan pekerjaan,
membayar pajak negara, memberikan pelayanan dan memenuhi kebutuhan pelanggan
melalui produknya. Dengan kekayaan dan keuntungannya juga, seorang pebisnis
akan mampu membeli dan mengkonsumsi produk dari pebisnis lain yang pada
akhirnya mendorong agar roda perekonomian negara tetap berjalan.
2.
Menyadari
bahwa setiap transaksi dan kegiatan bisnis mempunyai resiko rugi. Rugi dan juga
untung merupakan
bagian dari setiap
transaksi bisnis. Jangan membiarkan ketakutan akan kerugian menghalangi
keinginan untuk terjun dalam bisnis. Supaya bisa sukses menjadi seorang
entrepreneur, hasrat untuk sukses itu sendiri harus lebih besar dari ketakutan
akan kegagalan. Sebelum memulai suatu kegiatan yang berkaitan dengan bisnis,
pertimbangkanlah secara matang apa saja resiko kerugian dan keuntungan yang
akan terjadi.
3.
Memberikan
pelayanan, meningkatkan dan menciptakan produk dan jasa yang terbaik untuk
pelanggan. Keuntungan akan mengalir masuk jika pebisnis memberikan pelayanan,
meningkatkan dan menciptakan produk dan jasa sebaik mungkin sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan pelanggan. Dengan palayanan premium seperti ini,
pebisnis bisa menentukan harga premium pula.
4.
Melakukan
perbaikan dan inovasi terus menerus. Untuk mengimbangi pesaing dan perkembangan
teknologi yang sangat pesat dalam dekade ini, pebisnis perlu menerapkan mindset
untuk melakukan continuing improvement
dan inovasi tanpa henti. Dengan kata lain
pebisnis dituntut untuk selalu kreatif dan responsif dalam melihat alternatif
dan peluang pasar.
5.
Seperti telah disinggung di poin sebelumnya, pengusaha
perlu bertindak secara
kreatif, berani terbuka untuk menerima perubahan dan sekaligus menjadi agent of change bagi masyarakat dan lingkungan
sekitarnya. Karena itu,
entrepreneur-entrepreneur yang sukses dan dengan mental ini, seringkali mampu menjadi katalisator perekonomian
suatu Negara yaitu orang yang menjadi penyebab terjadinya perubahan dan menimbulkan
kejadian baru atau mempercepat suatu peristiwa.
B.
Mengembangkan Mindset
Positif Wirausaha
Seorang wirausahawan juga perlu mengembangkan mindset positif. Karena
mindset positif akan memberikan motivasi hidup yang kuat untuk mencapai
sesuatu, tidak mudah menyerah, lebih mensyukuri hidup, dan tentu saja lebih
bahagia. Seorang dengan mindset postifi mampu mengembangkan dirinya, berpikir
secara luas dan dalam, lebih fokus serta lebih menikmati hidupnya. Perasaan dan
cara berpikir semacam ini akan sangat kondusif bagi datangnya kreatifitas,
inovasi, dan lebih dari itu juga akan lebih mudah membangun semangat serta
kegigihan dalam menjalani usaha. Lagipula, seperti telah disinggung diatas
dunia usaha penuh dengan resiko, maka tidaklah mungkin seorang pengusaha dengan
mindset negatif mampu membaca peluang dan mengambil resiko tersebut. Alasan
lainnya mengapa harus memiliki mindset positif adalah:
1.
Mindset
positif merupakan bentuk rasa percaya diri pada
kualitas diri yang Anda miliki. Yakin dengan potensi yang kita miliki merupakan
modal awal Anda untuk membangun motivasi dalam hidup.
2.
Mindset
positifakan membuat Anda lebih fokus dalam
mencapai tujuan. Jangan sibuk memikirkan omongan-omongan negatif orang lain.
Mendengarkan ucapan-ucapan negatif dari orang lain akan melemahkan semangat
kita untuk sukses. Berpikirlah positif dan yakinlah bahwa Anda mampu menghadapi
apapun rintangan di tengah jalan menuju sukses.
3.
Mindset
positif adalah kunci sukses. Keyakinan untuk
bisa menjadi baik sesuai dengan apa yang ada dalam konsep pemikiran Anda akan
mendorong diri melakukan usaha yang lebih maksimal untuk meraih sukses. Konsep
pemikiran menjadi penggerak langkah dalam hidup.
Bila perlu lakukanlah hal-hal berikut untuk membantu mengembangkan mindset
positif, seperti:
1.
Pertama,
lihatlah potensi diri Anda. Buat daftar potensi yang Anda punya, kemudian
kembangkan semua potensi yang ada, untuk menciptakan inovasi baru.
2.
Kedua,
belajarlah dari kisah para pengusaha sukses yang sudah berhasil mengembangkan
bisnisnya dari nol. Dengan begitu Anda akan terinspirasi dan termotivasi untuk
mengikuti jejak kesuksesan mereka dalam menjalankan bisnis.
3.
Ketiga,
ikuti pelatihan, seminar atau sharing bisnis yang bisa membantu Anda mengetahui
segala kelebihan dan kekurangan sumber daya, yang bisa Anda jadikan sebagai
prospek bisnis. Bila perlu, lakukan kunjungan langsung untuk melihat proses
operasional sebuah usaha. Dan yang paling utama dari ketiga langkah tersebut
adalah Anda harus tetap “Action!”, karena tanpa action, maka mimpi kita tentu
tidaklah akan menjadi sebuah kenyataan.
Selain mindset
bisnis positif di atas yang perlu diterapkan, pebisnis perlu menghindari
mindset negatif yang akan mempengaruhi keberlanjutan suatu bisnis, yaitu:
Pertama,
hindarkan pandangan bahwa mencari keuntungan dan kekayaan adalah sebagai sifat
rakus. Memang ada pihak yang tidak bertanggung jawab mengumpulkan keuntungan
dan kekayaan dengan cara yang tidak etis dan tidak jujur. Tetapi hal ini tidak
berarti bahwa semua keuntungan dan kekayaan adalah suatu hal yang buruk.
Kedua, hindarkan anggapan bahwa mengambil, mencuri, korupsi dan merampok
dari orang kaya adalah wajar. Mindset seperti ini tidak akan membawa
kesejahteraan bagi komunitas dan negara, malah akan menciptakan kekacauan
sosial.
Ketiga, jangan menuntut pembayaran sebelum memberi pelayanan atau dari
pelayanan yang buruk. Mindset seperti ini tidak akan menciptakan pelanggan yang
setia. Kita harus mampu membangun pemikiran positif, sehingga energi yang kita
miliki dapat digunakan seutuhnya untuk meraih kesuksesan.
C.
Karakter dan Ciri Wirausaha
Indikator ketercapaian mindset diatas dapat ditunjukkan dengan terbentuknya
karakter wirausaha sebagai berikut:
1.
Memiliki Kreatifitas Tinggi
Menurut Teodore Levit,
kreativitas adalah kemampuan untuk berfikir yang baru dan berbeda.Oleh karena
itu, kreativitas adalah menciptakan sesuatu dari yang asalnya tidak ada (generating something from nothing).
Kreatifitas akan memunculkan ide dan inovasi-inovasi baru yang dapat digunakan
untuk memperbaiki, mengevaluasi, serta mengembangkan usaha yang sedang
digeluti.
2.
Selalu Komitmen dalam Pekerjaan
Komitmen membuat seseorang
berdisiplin dengan apa yang dikerjakan, penuh integritas dan tetap bersemangat.
Wirausaha yang baik akan gigih dan ulet menjalani usahanya, tetap bekerja keras
dan memiliki tekad yang bulat untuk meraih kesuksesan. Komitmen akan membuatnya
bertahan menghadapi berbagai masalah, tetap bertahan dalam guncangan, dan tekun
menjalani usahanya.
3.
Mandiri atau Tidak Ketergantungan
Seorang wirausaha pastilah
membuka suatu bisnis sesuai dengan yang ia ingin dan kehendaki. Mulai dari
konsep hingga pemasaran, ia-lah yang bertanggung jawab dan memegang peranan
pokok. Ia ada di puncak kepemimpinan dan pengambil keputusan. Kemandirian ini
mutlak dimiliki seorang wirausaha, terlebih yang merintis usahanya dari bawah.
Mereka yang merintis usaha dalam keadaan mapan dan nyaman pun, cepat lambat
harus mempelajari sikap ini agar mampu menjalankan usaha secara independen.
4.
Berani Menghadapi Risiko dan Bertanggung Jawab
Kemauan dan kemampuan untuk
mengambil risiko merupakan salah satu nilai utama dalam kewirausahaan.
Wirausaha yang tidak mau mengambil risiko akan sukar memulai atau berinisiatif.
Dunia usaha itu sendiri penuh dengan resiko sejalan dengan peluang yang
disuguhkan. Berbeda dengan mereka yang enggan mengambil resiko dan keluar dari
zona nyamannya, wirausahawan justru harus memiliki keberanian untuk mencoba sesuatu
yang baru, membuka peluang, dan mengambil resiko dalam setiap kegiatan
usahanya. Namun pengambilan resiko yang dilakukan wirausaha juga disertai
tanggung jawab, dimana ia sudah mempertimbangkan baik-buruk dan untung-rugi
serta alternatif dari setiap keputusan, ia juga telah siap menganggung akibat
dari keputusannya
5.
Motif Berprestasi Tinggi
Menurut Gede AngganSuhanda
(dalam Suryana, 2003: 32) Motif berprestasi ialah suatu nilai sosial yang
menekankan pada hasrat untuk mencapai yang terbaikguna mencapai kepuasan secara
pribadi. Kebutuhan berprestasi wirausaha terlihat dalam bentuk tindakan untuk
melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien dibandingkan sebelumnya,
atau untuk terus berinovasi untuk menghasilkan produk yang terbaik.
6.
Memiliki Jiwa Kepemimpinan
Seorang wirausaha selalu memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan dan
keteladanan. Ia selalu ingin tampil berbeda, Dengan menggunakan kemampuan
kreativitas dan inovasi, ia selalu menampilkan barang dan jasa-jasa yang
dihasilkanya lebih cepat, lebih dahulu dan segera berada dipasar.
7.
Memiliki Kemampuan Manajerial
Salah satu jiwa kewirausahaan
yang harus dimiliki seorang wirausaha adalah kemampuan untuk memanagerial usaha
yang sedang digelutinya, seorang wirausaha harus memiliki kemampuan perencanaan usaha, mengorganisasikan usaha,
visualisasikan usaha, mengelola usaha dan sumber daya manusia, mengontrol
usaha, maupun kemampuan mengintergrasikan operasi perusahaanya.
Selanjutnya
dapat digambarkan beberapa karakteristik dari wirausahaan yang berhasil
memiliki sifat-sifat yang dikenal dengan istilah 10 D (Bygrave, 1994:5)
1.
Dream
Seorang wirausaha mempunyai
visi bagaimana keinginannya terhadap masa depan pribadi dan bisnisnya dan yang
paling penting adalah dia mempunyai kemampuan untuk mewujudkan impiannya
tersebut.
2.
Decisiveness
Seorang wirausaha adalah orang
yang tidak bekerja lambat. Mereka membuat keputusan secara cepat dengan penuh
perhitungan. Kecepatan dan ketepatan dia mengambil keputusan adalah merupakan
faktor kunci (key factor) dalan kesuksesan bisnisnya.
3.
Doers
Begitu seorang wirausaha
membuat keputusan maka dia langsung menindak lanjutinya. Mereka melak-sanakan
kegiatannya secepat mungkin yang dia sanggup artinya seorang wirausaha tidak
mau menunda-nunda kesempatan yang dapat di-manfaatkan.
4.
Determination
Seorang wirausaha melaksanakan
kegiatannya dengan penuh perhatian. Rasa tanggung jawabnya tinggi dan tidak mau
menyerah, walaupun dia dihadapkan pada halangan atau rintangan yang tidak
mungkin diatasi.
5.
Dedication
Dedikasi seorang wirausaha
terhadap bisnisnya sangat tinggi, kadang-kadang dia mengorbankan hubungan kekeluargaan,
melupakan hubungan dengan keluarganya untuk sementara. Mereka bekerja tidak
mengenal lelah, 12 jam sehari atau 7 had dalam seminggu. Semua perhatian dan
kegiatannya dipusatkan semata-mata untuk kegiatan bisnisnya.
6.
Devotion
Devotion berarti kegemaran atau
kegila-gilaan. Demikian seorang wirausaha mencintai pekerjaan bisnisnya dia
mencintai pekerjaan dan produk yang dihasilkannya. Hal inilah yang mendorong
dia mencapai keberhasilan yang sangat efektif untuk menjual produk yang
ditawarkannya.
7.
Details
Seorang wirausaha sangat
memperhatikan faktor-faktor kritis secara rinci. Dia tidak mau mengabaikan
faktor-faktor kecil tertentu yang dapat menghambat kegiatan usahanya.
8.
Destiny
Seorang wirausaha bertanggung
jawab terhadap nasib dan tujuan yang hendak dicapainya. Dia merupakan orang
yang bebas dan tidak mau tergantung kepada orang lain.
9.
Dollars
Wirausahaan tidak sangat
mengutamakan mencapai kekayaan. Motivasinya bukan memperoleh uang. Akan tetapi
uang dianggap sebagai ukuran kesuksesan bisnisnya. Mereka berasumsi jika mereka
sukses berbisnis maka mereka pantas mendapat laba/bonus/ hadiah.
10.
Distribute
Seorang wirausaha bersedia
mendistribusikan kepemilikan bisnisnya terhadap orang-orang kepercayaannya.
Orang-orang kepercayaan ini adalah orang-orang yang kritis dan mau diajak untuk
mencapai sukses dalam bidang bisnis.
D.
Sikap Entrepreneur
Di lain pihak, menurut McGrath
& MacMillan, dalam mengelola entrepreneurial mindset dan mendapatkan keuntungan yang
lebih besar lagi, wirausahawan sebaiknya juga mengembangkan sikap sebagai
berikut:
1.
“Develop
insight into the customers behavioral context”. Seorang entrepreneur tidak harus
memiliki produk yang revolusioner, yang lebih dibutuhkan adalah pemikiran
revolusioner ke dalam suatu konteks kehidupan pelanggan, menciptakan ide yang
mampu menjadi jawaban bagi masalah utama pelanggan dalam konteks tersebut. .
2.
“In an
entrepreneurial mindset, everybody plays”. Tindakan menyertakan orang lain
dalam kegiatan entrepreneurial merupakan proses yang penting. Ide beberapa
orang yang dilebur menjadi satu akan memberikan hasil yang lebih baik daripada
pemikiran satu orang saja. Seorang entrepreneur akan belajar banyak hal
mengenai team building dan leadership jika ide ini diterapkan.
3.
“Doing experiment
intelligently” Saat ini perumusan strategi bisnis yang dilakukan oleh
entrepreneur lebih berdasarkan eksperimen dan trial-error daripada analisis dan
forecasting. Eksperimen merupakan tindakan nyata untuk memilih dan memulai
proyek ide secara nyata namun dalam skala yang masih kecil, berbeda dengan
analisis dan forecasting yang hanya merupakan perencanaan. Entrepreneur tidak
takut terhadap kegagalan, namun demikian resiko yang akan diterima harus
diperhitungkan dengan matang, agar kegagalan yang akan terjadi dapat
diminimalisasi.
4.
“Spend imagination
instead of money”. Upaya yang perlu dilakukan seseorang untuk terus mengembangkan
entrepreneurial mindset-nya adalah secara rutin menggunakan waktu-waktu
tertentu untuk berimajinasi dan berkreasi supaya ide-ide baru muncul. Ide
tersebut tidak selalu mengenai pengembangan produk, tetapi juga hal-hal yang
berkaitan dengan operasional dan promosi pemasaran. Ide tersebut yang pasti
akan menjadikan venture semakin efektif dan efisien kinerjanya. Untuk berhasil,
entrepreneur lebih bergantung pada imajinasi idenya daripada besaran nominal
uang yang dimiliki.
5.
“Framing is crucial
to the entrepreneurial leader”. Tanpa kerangka kerja yang jelas, semua orang akan
terjebak dalam ketidakpastian. Seorang yang memiliki entrepreneurial mindset
mampu menyediakan kerangka sistem pekerjaan yang jelas bagi semua orang yang
bekerja bersamanya. Dengan demikian, setiap orang akan mampu bekerja dengan
efektif dan menghadapi tantangan ke depan yang lebih pasti.
6.
“Be ruthless with
respect to priorities”. Bersikap kejam pada karyawan dengan membebani tugas
berlebihan agar dapat mencapai sasaran yang ditetapkan dengan waktu yang lebih
cepat, bukanlah cara pikir seorang entrepreneur. Melakukan sesuatu hal yang
melebihi kemampuan diri sendiri akan menjadi beban, akibatnya bukan terjadi
peningkatan malainkan penurunan. Seorang entrepreneur harus mampu memilah tugas,
mana yang perlu atau tidak untuk dilakukan, mana yang sifatnya segera atau
dapat ditunda.
7.
“Using measures
early on is better than using precise ones too late”. Entrepreneurial mindset
dapat terus dikembangkan dengan cara menggunakan ukuran atau batasan untuk
setiap persoalan. Forewarning adalah
warning sign bagi suatu masalah yang belum terlalu sulit untuk diatasi.
Beberapa standar harus ditetapkan terlebih dulu oleh seorang entrepreneur untuk
memastikan kualitas pekerjaan dan produk yang dihasilkan. Dengan cara demikian,
perusahaan dapat tampil lebih baik dari kompetitor.
8.
“Pay attention to
the cost of failure”. Tidak ada seorang pun entrepreneur di dunia ini yang tidak pernah
mengalami kegagalan. Menurut ahli ekonomi J.M. Keynes, setelah produk atau jasa
dijual ke pasar, maka keberhasilan entrepreneur sebagian besar ditentukan oleh
mekanisme pasar itu sendiri. Dalam kondisi yang tidak menentu, seorang
entrepreneur hanya memiliki kontrol terbatas terhadap kemungkinan terjadinya
kegagalan. Bahkan kegagalan merupakan harga yang harus dibayar untuk masuk ke
peluang baru berikutnya. Biaya akan kegagalan (cost of failure) tersebut yang masih dapat dikontrol, seorang
entrepreneur harus memiliki calculated risk taking mindset. Meminimalisasi
biaya kegagalan, bukan meminimalisasi jumlah kegagalan.
Selain sikap di atas, perilaku
kebiasaan di bawah ini juga baik dipraktekkan untuk menanamkan mindset entrepreneur:
1.
Jangan berjiwa kuli atau buruh. Artinya jika kita menjadi
pegawai kita harus bekerja sebaik-baiknya sesuai dengan tanggung jawab, atau
dengan kata lain bekerja berdasarkan kesadaran akan tanggung jawab bukan karena
pengawasan.
2.
Tidak berjiwa konsumtif. Untuk menjadi wirausaha harus
dapat menabung dan memiliki asset. Tidak ada usaha yang dapat dengan sukses
tampa modal dan menjadi besar tanpa keuntungan.
3.
Belajar menghitung risiko dalam menghadapi risiko. Setiap
keputusan yang diambil harus telah di perhitungkan dengan matang.
4.
Hilangkan kebiasaan berkelit dari permasalahan dengan
cara berdalih atau membuat alasan.
5.
Jangan cepat berpuas diri dan lupa diri karena merasa
sukses.
6.
Jangan cepat berputus asa karena setiap kesulitan selalu
ada jalan keluarnya.
7.
Belajar memenuhi komitmen, jangan mudah mengumbar janji
tanpa bukti. Janji adalah utang yang harus dibayar.
8.
Selalu
menjaga reputasi diri. Nama baik sangat penting bagi seorang
wirausaha, kepercayaan adalah salah satu hal utama dalam menjalankan usaha.
9.
Selalu memperluas wawasan dan belajar.
10.
Memperluas
dan memelihara jaringan.
11.
Berusaha
untuk selalu berinteraksi dengan
pihak lain dengan pola saling
menguntungkan.
12.
Biasakan bekerja dalam team work, solusi yang didapat
tidak akan lebih baik dari solesi yang dihasilkan oleh sebuah team.
13.
Belajar
melayani dan menghargai orang
lain dengan sebaik- baiknya.
14.
Belajar mengelola stres agar terbiasa dan memiliki
kesiapan mental dalam menghadapi tekanan-tekanan, masalah, atau beban hidup
dengan cara berpikir untuk mencari jalan keluar.
15.
Belajar bertindak disiplin, cermat, akurat, dan
terencana.
16.
Miliki
kesadaran dan kemampuan
memelihara serta merawat aset,
baik aset milik sendiri, perusahaan, instansi, bahkan milik publik.
17.
Belajar menjadi orang yang inovatif dan kreatif.
18.
Percaya diri. Kepercayaan diri sangat penting dalam
menjalankan usaha sehingga berani dalam mengambil keputusan.
19.
Jadilah orang yang memiliki sikap susila dan sopan santun
dalam kehidupan sehari-hari, menghargai orang
lain tidak memandang status sosial.
20.
Kalau Anda merasa tidak kerasan, tidak cocok, tidak puas,
atau mentok dalam karir sebagai pegawai, masih ada alternatif lain dalam
mencari nafkah, yaitu menjadi wiraswasta sejati. Jangan ragu dan takut,
lakukanlah.
Intinya, jadilah orang yang yakin dengan potensi diri sendiri. Karena jika
kita sendiri ragu dengan potensi yang kita miliki, lalu bagaimana dengan orang
lain? Bangunlah rasa percaya diri dan jangan indahkan kata-kata negatif dari
orang lain. Anggaplah semua itu sebagai pacu untuk menjadi lebih baik, bukan
tekanan yang membuat kita melemah dan merasa kecil.
Bevlevy, Beni. 2013.
Entrepreneurship Mindset. Diakses pada tanggal 2 Maret 2013 dari http://batampos.co.id/21-09-2013/entrepreneurship-mindset.
Fitri, Khana. 2013. Cara
Membentuk Mindset Entrepreneur. Diakses pada tanggal 2 Maret 2014 dari http://ekonomi.kompasiana.com/wirausaha/2013/10/05/cara-membentuk-mindset-entrepreneur-598858.html
Kasali, Rhenald, et. all. 2010. Modul Kewirausahaan untuk Program Strata 1. Jakarta Selatan: PT
Mizan Publika.
Purwanto. 2006. Diktat Pengantar Kewirausahaan.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarya.
Roziqin,
Miftahur. 2011. Entrepreneurship Adalah
Sebuah Mindset. Diakses pada tanggal 2 Maret 2013 dari http://miftahur.com/entrepreneurship-adalah-sebuah-mindset.
Wahyudi, Sandi. Tanpa tahun. Entrepreneurial Mindset. Diakses pada tanggal
2 Maret 2013 dari http://ml.scribd.com/doc/35176101/Entrepreneurial-Mindset.
Buku
dan Materi Kuliah Kewirausahaan
(2014). Diakses pada tanggal 2 Maret 2013 dari http://rzabdulaziz.wordpress.com/2014/02/06/buku-dan-materi-kuliah-kewirausahaan-enterpreneurship.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar